Jika kesetiaan adalah mahkota, maka maaf seorang sahabat adalah keabadian tahta..
KAMI DARI SELURUH PENGURUS FOSCA MENGUCAPKAN :
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H.
Minal Aidzin Walfaidzin..
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
Titan not only has an atmosphere it has hydrocarbon lakes, oceans, sand dunes and now research has just been published proving Saturn's moon is sparkling with electrical activity. Scientists are in general agreement that organic molecules, the precursors to life on Earth, are a consequence of lightning in the atmosphere. Now, using data from the Huygens probe that descended through Titan's atmosphere in 2005 and continued transmitting for 90 minutes after touchdown, Spanish scientists have "unequivocally" proven that Titan has electrical storms too. The presence of electrical activity in the atmosphere is causing much excitement as this could mean that organic compounds may be found in abundance on the Titan surface.
The fruits from the Cassini-Huygens mission are coming thick and fast. Only yesterday, Nancy reviewed the discovery of liquid hydrocarbon lakes by Cassini's Visual and Infrared Mapping Spectrometer (VIMS). Although possible lakes have been theorized, it is only now that there is observational proof of the existence of such features. Now, three years after the Huygens probe dropped through Titan's atmosphere, scientists have made another crucial discovery: Titan experiences electrical activity in its atmosphere. Now Titan has all the necessary components for life; it has an atmosphere with electrical activity, increasing the opportunity for prebiotic organic compounds to form, thus increasing the possibility for life to evolve.
According to Juan Antonio Morente from the University of Granada, Titan is already considered a "unique world in the solar system" since the early 20th Century when Spanish astronomer José Comas y Solá made the discovery that the Saturn moon had an atmosphere. This is what makes Titan special, it has a thick atmosphere, something that is not observed on any other natural satellite in the Solar System.
"On this moon clouds with convective movements are formed and, therefore, static electrical fields and stormy conditions can be produced. This also considerably increases the possibility of organic and prebiotic molecules being formed, according to the theory of the Russian biochemist Alexander I. Oparín and the experiment of Stanley L. Miller [who managed to synthesise organic compounds from inorganic compounds through electrical discharges] That is why Titan has been one of the main objectives of the Cassini-Huygens joint mission of NASA and the European Space Agency" - Juan Antonio Morente.
Morente and his team analysed data from Huygens' Mutual Impedance Probe (MIP) that measured the atmospheric electrical field. The MIP instrument was primarily used to measure the atmosphere's electrical conductivity but it also acted as a dipolar antenna, detecting the natural electric field. The MIP was therefore able to detect a set of spectral peaks of extremely low frequency (ELF) radio signals (known as "Schumann resonances"). These ELF peaks are formed between the moon's ionosphere and a huge resonant cavity in which electromagnetic fields are confined.
The detection of these signals have led the Spanish researchers to state that it is "irrefutable" evidence of electrical activity on Titan, not dissimilar to static charge that builds up in the terrestrial atmosphere, leading to electrical storms.
Source: Scientific Blogging
Bagaimana sebuah sistem planet terbentuk? Se-umum apakah keberadaan sistem planet di alam semesta ini? Bagaimana susunannya dan berapa banyak planet mirip Bumi yang mendukung kehidupan ada di Galaksi bimasakti? Atau lebih jauh lagi, adakah kehidupan lain di semesta yang luas ini? Sepanjang dekade terakhir, astronom berhasil menuju pada jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan penemuan sistem ekstrasolar pada bintang serupa Matahari sejak tahun 1995. Semenjak itu berbagai sistem telah ditemukan. Bahkan diketahui memang ada planet yang tergolong planet pendukung kehidupan di sistem bintang Gliese 581.
Nah, bagaimana planet terbentuk? Yang kita ketahui, planet terbentuk dari debu dan gas pada piringan disekeliling bintang tak lama setelah sebuah bintang terbentuk. Planet akan terbentuk melalui proses tabrakan diantara materi-materi debu dari ukuran butiran debu menjadi embrio planet. Saat inti planet tumbuh dan sudah cukup masif, ia akan mulai mengakresi materi gas yang ada di piringan disekelilingnya. Alternatif lainnya, planet-planet raksasa diperkirakan terbentuk dari ketidakstabilan gravitasi di dalam piringan bintang tersebut. Skala waktu pembentukan planet ini juga ditentukan dari proses hamburan di dalam piringan. Dari hasil pengamatan bintang-bintang muda, diketahui kalau piringan tersebut terbentuk dalam waktu 10 juta tahun setelah bintang terbentuk.
Sampai saat ini survei untuk extrasolar planet belum pernah menemukan planet disekitar bintang yang lebih muda dari 100 juta tahun. Satu-satunya planet yang masih muda ditemukan dengan meggunakan teknik direct imaging pada jarak 55 SA di bintang katai coklat 2MASS1207.
Illustrasi artis untuk TW Hydra (T Hya). Kredit : Johny Setiawan (JSW art 2007)
Kali ini, tim astronom dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) di Heidelberg berhasil menemukan sistem extrasolar termuda dengan metode variasi kecepatan radial. Metode kecepatan radial mendeteksi perubahan kecepatan gaya gravitasi dari exoplanet (yang tak terlihat) saat ia mengorbit bintangnya.
Sistem yang ditemukan tersebut mengitari bintang muda yang masih dikelilingi oleh piringan gas dan debu yang baru saja membentuk dirinya. Penemuan ini akan memberi informasi yang penting bagi kita dalam hal waktu pembentukan planet dan memberi kunci penting dalam memahami bagaimana dan dimana planet terbentuk. Sebuah jawaban dari pertanyaan yang menjadi misteri selama berabad-abad. Tim astronom dari MPIA telah memonitor variasi kecepatan radial dari sekitar 200 bintang dalam pencarian sistem ekstrasolar. Salah satu diantaranya adalah bintang TW Hydrae, yang berusia 8 - 10 juta tahun (sekitar 1/500 umur Matahari). Sama seperti bintang yang masih muda, TW Hydrae juga masih dikelilingi piringan debu dan gas antar bintang, yang diyakini sebagai tempat lahirnya planet-planet.
Tim yang dipimpin Johny Setiawan yang juga astronom asal Indonesia ini berhasil menemukan planet yang mengorbit bintang TW Hydrae di bagian dalam piringan tersebut. Menurut Johnny, planet tersebut ditemukan saat mereka memantau kecepatan radial TW Hydrae. Saat itu mereka mendeteksi adanya variasi periodik yang bukan ditimbulkan oleh aktivitas bintang, namun mengarah pada keberadaan planet. Deteksi dilakukan dengan menggunakan spektograf FEROS pada teleskop 2,2 milik Max-Plank Institute dan ESO di La Silla, Chille.
TW-Hydra b yang baru ditemukan tersebut cukup masif dengan massa sekitar 10 kali massa Jupiter, dan mengelilingi bintang induknya hanya dalam waktu 3,56 hari pada jarak 6 juta km, atau sekitar 4% dari jarak Bumi-Matahari.
Pencarian planet pada bintang muda tentu tak lepas dari masalah aktivitas bintang, karena bintang di usia yang masih muda permukaannya masih tidak stabil. Salah satu contohnya, bintik bintang sangat besar dan bintik tersebut bisa meniru variasi kecepatan radial yang disebabkan oleh planet yang mengorbit. Menurut Ralf Launhart, untuk meniadakan berbagai kesalahan interpretasi, mereka telah meneliti seluruh indikator aktivitas dari TW Hydra secara mendetail. Hasilnya, mereka menemukan kalau karakteristik dari aktivitas bintang sangat berbeda, yakni tidak terlalu umum terjadi dan memiliki periode yang lebih pendek.
Penemuan TW Hydra b justru memberi angin segar dan bukti pertama dalam dunia teori pembentukan planet. Jika didasarkan pada studi statistik, masa hidup piringan antar bintang rata-rata sekitar 10-30 juta tahun. Ini menunjukan, kalau waktu maksimum yang tersedia untuk terbentuknya planet di dalam piringan hanya sampai 30 juta tahun. Dengan demikian TW Hydra b planet gas yang 10 kali lebih masif dari jupiter tersebut, terbentuk dalam waktu yang sangat singkat hanya pada kisaran 8 - 10 juta tahun.
Para peneliti di Max - Planck saat ini juga tengah mengembangkan instrumen generasi baru untuk mendeteksi extrasolar planet dengan teknik lainnya, seperti direct imaging, pengukuran gerak refleks yang sangat halus dari bintang pada bidang langit (astrometri), maupun untuk transit fotometri. Diharapkan di masa depan intrumen ini dapat mendeteksi planet-planet yang tidak dapat terdeteksi oleh metode kecepatan radial.
Semakin banyak penemuan sistem keplanetan tentu akan memberi pemahaman yang lebih luas dan lebih beragam mengenai sistem keplanetan itu sendiri. Di titik itu kita akan menempatkan Tata Surya dalam sebuah konteks universal dan mulai mencari sebuah jawaban lanjutan dari pertanyaan yang tak pernah mati, adakah teman di luar sana?
Source : Langitselatan
Tanggal 20 Desember 2007 yang lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui sidang Majelis Umum ke-62, secara resmi mendeklarasikan tahun 2009 sebagai Tahun Astronomi Internasional – International Year of Astronomy (IYA2009). Hal ini ditujukan untuk memperingati 400 tahun penggunaan teleskop untuk pertama kalinya bagi keperluan astronomi oleh Galileo Galilei. Resolusi ini merupakan prakarsa dari International Astronomical Union (IAU) dan UNESCO, dan diajukan ke PBB oleh Italia sebagai negara asal dari Galileo. (Tahun 2005, PBB menyatakannya sebagai Tahun Fisika Internasional, untuk memperingati seabad penemuan teori relativitas khusus oleh Einstein).
Perjalanan untuk sampai pada deklarasi resolusi secara resmi ini sendiri sangatlah panjang. Bermula dari ketetapan IAU pada sidang Majelis Umum tanggal 23 Juli 2003 di Sydney, Australia, yang secara aklamasi mengusulkan tahun 2009 sebagai Tahun Astronomi Internasional. Berikutnya, usulan ini diajukan ke UNESCO atas prakarsa Italia dan akhirnya diterima oleh Konferensi Umum UNESCO pada sesi ke-33 tahun 2006, dan kemudian direkomendasikan oleh UNESCO ke PBB. Dengan resolusi ini, PBB menetapkan UNESCO sebagai lead agency dan IAU sebagai badan fasilitator untuk IYA2009.
Sebagaimana kita ketahui, pengamatan astronomi menggunakan teleskop oleh Galileo menghasilkan penemuan-penemuan astronomi yang fundamental dan telah memicu revolusi saintifik yang mengubah pandangan kita tentang alam semesta secara mendalam. Penemuan bulan-bulan Jupiter oleh Galileo memberikan bukti untuk membantah konsep geosentrik. Kemudian hukum gerak planet memberikan fondasi penting bagi penemuan hukum-hukum mekanika oleh Isaac Newton. Sains moderen kemudian tumbuh sangat pesat. Dewasa ini, teleskop-teleskop, baik landas-bumi maupun landas-layang (di antariksa), terus menyelidiki alam semesta, 24 jam sehari pada seluruh panjang gelombang.
IYA2009 menggarisbawahi kerjasama global bagi perdamaian – pencarian asal-usul kita dalam kosmos dan warisan kita bersama yang menghubungkan seluruh warga planet Bumi. Selama ribuan tahun, para astronom telah bekerja bersama-sama menembus semua batas termasuk batas-batas geografis, gender, usia, budaya, dan ras, sesuai dengan piagam PBB. Dalam pengertian ini, astronomi merupakan contoh klasik bagaimana sains dapat berkontribusi untuk memajukan kerjasama internasional. Astronomi merupakan sumber inspirasi tak ternilai bagi kemanusiaan di seluruh bangsa-bangsa.
IYA2009, pertama dan utamanya, adalah suatu aktivitas bagi warga planet Bumi, yang ditujukan untuk berbagi pengetahuan fundamental tentang alam semesta dan tempat kita di dalamnya. Sejauh ini sudah terdapat 100 negara dan 14 organisasi yang menyatakan turut serta merayakan IYA2009; termasuk Indonesia. Bangladesh adalah negara ke-100 yang menyatakan partisipasinya pada IYA2009. Berbagai persiapan sedang dilakukan menyongsong perayaan ini, dan di Indonesia kegiatan ini dikoordinasi oleh Observatorium Bosscha.
Berikut di bawah ini terdapat satu paragraph utuh yang diambil dari sambutan presiden IAU yaitu Catherine Cesarsky.
On October 10, 2008, astronauts will board the Space Shuttle Atlantis for Servicing Mission 4 (SM4), the final trip to the Hubble Telescope. Over the course of five spacewalks, they will install two new instruments, repair two inactive ones, and perform the component replacements that will keep the telescope functioning at least into 2014. The effort-intensive, rigorously researched, exhaustively tested mission also involves diverse groups of people on the ground throughout the country.
The mission's planning is years in the making, and its success will be the product of months of intensive preparation and the work of hundreds of people at NASA and in academia and industry.
Para astronom zaman dulu sudah bisa membedakan mana “bintang tetap” mana “bintang pengembara” (planet). Planet tampak oleh mereka bergerak di antara bintang-bintang dari rasi ke rasi. Seandainya malam ini kamu melihat planet Jupiter di sebelah Barat rasi Scorpio, beberapa malam kemudian dia akan berada di Timurnya.
Bagaimana dengan bintang? Menurut catatan kuno dua abad yang lalu, bintang-bintang di rasi Scorpio juga membentuk “gambaran” kalajengking seperti yang kita lihat sekarang. Sebenarnya bintang juga bergerak. Namun, karena begitu jauh jaraknya dari kita, pergerakan itu hampir tak teramati. Setelah ratusan ribu tahun akibat pergerakannya itu baru kelihatan. Laju perubahan itulah yang disebut gerak diri (proper motion) bintang.
Rasi Leo saat 100000 SM dan sekarang.
Konsep yang lumayan rumit? OK, begini, bintang-bintang di Galaksi Bima Sakti ini rata-rata bergerak dengan kecepatan 10 km per detik atau 36.000 km per jam. Wow! Cepat sekali! Tapi, pertanyaannya adalah bisakah kita melihat gerakan ini dalam satu malam? Dengan kecepatan sebesar itu, dalam waktu satu jam bintang menempuh jarak 36.000 km. Andaikan bintang itu adalah Proxima Centauri, bintang yang terdekat dengan Matahari, yang berjarak 100 triliun kilometer. Jarak sudut bintang (pergeseran posisi bintang di langit) itu, katakanlah a, adalah sebesar 57,3 x (pergeseran sesungguhnya/jarak) = 57,3 (36.000 km / 100 triliun km). Seperseratus juta derajat atau sekitar sepersejuta detik busur! Sudut yang sangat kecil! Hanya dalam hitungan puluhan tahun perubahan itu baru akan teramati.
Para astronom menyatakan laju perubahan sudut ini dalam satuan detik busur per tahun (“/tahun). Bintang Barnard adalah bintang yang memiliki gerak diri paling besar, yaitu 10,25 “/tahun (dalam waktu 180 tahun bintang ini bergeser selebar bentangan bulan purnama).
Umumnya bintang-bintang mempunyai gerak sejati hanya 0,1 “/tahun. Setelah 20 atau 50 tahun perubahan posisinya baru teramati dan gerak dirinya bisa dihitung. Caranya? Dengan membandingkan dua foto daerah langit yang sama dengan pengambilan berselang waktu setidaknya selama 20 tahun. Itu pun baru pergeseran yang tampaknya tidak berarti kalau yang dibayangkan adalah perubahan bentuk suatu rasi.
Seandainya dihitung untuk katakanlah misalnya sejuta tahun yang lalu atau sejuta tahun yang akan datang? Manusia tentunya tidak bisa menunggu selama itu. Dengan simulasi komputer, bentuk rasi, misalnya rasi Beruang Besar (Ursa Mayor), bisa dilihat mundur ke masa lalu, ke zaman ratusan, ribuan, ratusan ribu tahun yang lalu. Hasilnya memperlihatkan penampakan yang sama sekali berbeda. Dia tak lagi layak mendapatkan nama Beruang Besar. Pada waktu itu bentuknya mirip lembing. Seandainya kita punya mesin waktu yang melemparkan kita ke zaman antah berantah, lalu kita melihat rasi yang seperti itu, kita bisa memperkirakan kita berada pada zaman apa, yaitu masa Pleistocene Pertengahan.
Perubahan posisi bintang dalam rasi Ursa Majoris atau Rasi Beruang Besar dari tahun 100000 SM - 100000 M
Dalam heningnya malam ini mengamati langit, duduk diam sambil memejamkan mata, membayangkan bintang-bintang di kubah langit atas sana, bergerak membentuk gambaran yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini kita kenal…
The penumbral eclipse started on 01.24 WIB. But there’s no extreme difference between the eclipse and the normal full moon. At 3 o’clock we finally see the dark umbra cover one per third area of moon. Of course, we didn’t forget to take the photograph on the eclipse. We just used a common digital camera that we can see almost everywhere in automatic mode. We used Meade Refractor with addition of Vixen digital camera adapter. Nonetheless, we were quite satisfied with the result yes, we knew that they’re underexposed. More over, while Meade was busy to take the photo of the eclipse. There were 4 unused telescopes uot there. Since the moon’s luminosity had decreased, it means there will be more object to observe! Great Nebula in Orion and The Pleiades Cluster were Visible that time, In an instant. We pointed the telescopes to those objects. It’s not as beautiful as the pictures that Hubbe gave to us. But they were pretty good and enjoyable as well. At 05.56 WIB, the sun had raised. So say goodbye to the eclipse because it won’t just 10 minutes before sunrise.
Aftermath !
Being slept for only 2 hours, some of us, who matter how uncomfortable the place is, Instantly feel asleep. Even there are some of us who had to attend the Independence Day Ceremony in there own school. Although being very exhausting. This is an event that we can’t forget easly. We hope the next event will be more enjoyable!
Penelitian Dasar Astronomi
Penelitian Dasar Astronomi lit. Basic Astronomy Training was similar to LDP. Despite of its similary, this training was more advanced in both of theory and observation. Bring held in Jakarta Planetarium yet again. The enthusiasm of the participants didn’t decrease. That enthusiasm showed off when the race to assemble the telescope personally starts. Everyone do their best to win the race. Finally, Dessy from 38 SHS won. It’s not yet over. They were given an opportunity to take a photo of the sun with filter, of course. After that all of the participants were taken into the planetarium dome to Study the evolution of the stars.
Latihan Dasar Penelitian
Latihan Dasar Penelitian lit. Basic Research Training was held at June, 21st 2008 on Jakarta Planetarium. As the Preparation for our research program, this event focused to the basic theoritical and practical aspects on astronomy. 87 students from 32 SHS took apart in this event. There was Telescope and astrophotography workshop. As for the theories, we studied about the geometry of solar nd lunar eclipse. Also, our advisor, Nurdiansah, shared his experience on many youth science clubs in java to all participants.
Forum of Scientist Teenagers (FOSCA) Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template